Selasa, 01 Desember 2009

Tentang Sebuah Harga Diri (2)

Posted on 03.19 by Sugiana, SP.



 Apa kabar Sahabat Blogger?
Tulisan ini merupakan sambungan dari tulisan pertama, Tentang Sebuah Harga Diri, tulisan aslinya merupakan karya Eileen Rahman dan Sylvina Savitri yang dimuat diharian Kompas, tanggal 14 November 2009 dengan judul "Harga Diri.".

Refleksi Diri.
Setelah dipikir-pikir kualitas karakter seseorang kita lihat ternyata tidak sepenuhnya bergantung dari pendidikan atau lingkungan dimana dia hidup. Tidak jarang kita menemui orang yang pendidikanya rendah,katakanlah para pembantu rumah tanggga, tetapi tetap menjaga nilai-nilai kejujuran dan tidak tergoda oleh iming-iming uang didepan mata.  Darimana pelajaran budi pekerti ini didapatkan orang-orang yang tidak makan bangku sekolah ini?.

Kierkegaard, seorang ahli budi pekerti mengungkapkan bahwa sebagai makhluk tertinggi yang berakal budi, rasa banga terhadap diri sendiri justru datang dari minat kita terhadap nilai-nilai kehidupan.  Orang yang dangkal dan tidak tahu nilai-nilai kehidupan , biasanya tumbuh menjadi pribadi yang tidak punya pegangan dan hanya melihat harta sebagai patokan kesuksesan.

Sementara orang yang berminat pada nilai kehidupan pasti akan setia pada dirinya sendiri dan otomatis pula akan setia pada lingkungan yang lebih luas, keluarga, profesi, perusahaan,  negara bahkan agama.

Ayah saya semasa hidupnya selalu mengingatkan bahwa pengembangan kualitas pribadi akan kembali ke individu masing-masing. Sebagai individu kita sendiri yang perlu teguh untuk mereviu apa yang sudah kita lakukan.  Apakah hari-hari yang kita lewati sudah "mengisi" kepribadian dan karakter kita sehingga menjadikan kita pribadi kelas satu atau sekedar biasa-biasa saja.  "Tidak semua orang bisa berkesempatan melakukan refleksi diri dan cukup intelejen untuk mengkonstruksi karakter yang tasteful, " begitu ungkap Ayah saya.

Candradimuka.
Ujung-ujungnya kita akan menyadari betapa uang bertumpuk-tumpuk kekuasaan, kewenangan hanyalah sebagian kecil aspek yang seringkali tidak bisa membayar rasa malu, rasa bersalah, kesehatan jiwa dan respek yang kita butuhkan untuk mengkonstruksi dan memperkuat kepribadian kita. Kita jadi perlu mempertanyakan apakah betul gengsi bisa kita dapatkan dari jabatan, uang berlimpah, benda-benda yang kita miliki serta kekuasaan yang kita dapatkan sebagai pejabat?  Bukankah gengsi justru lebih awet bila kita menampilkan diri sebagai pribadi yang peduli, penuh minat, berperan sebagai agen dan abdi yang bertanggungjawab dan menghargai setiap orang yang ada di sekitar kita?

Bukankah gengsi justru didapat kalau kita berterus terang bila tidak sanggup menjalankan tugas yang diemban. Bukankah gengsi justru didapat bila seorang ayah jujur minta maaf atas kesalahan anaknya dan siap bertanggung jawab atau bila seorang atasan dengan ksatria mengundurkan diri karena kesalahan yang dilakukan anak buahnya?

Dunia kerja memang ajang yang baik bagi kita untuk berkembang dan memperbaiki standard kehidupanya.  Namun situasi pekerjaan memang juga merupakan candradimuka bagi orang yang ingin meningkatkan kualitas pribadi.  (Sumber : Kompas, 14 November 2009).

Bagaimana Sahabat Blogger? Ada yang perlu kita diskusikan, sipp..dec..mari kita share disini. Trima kasih dan Salam Sukses.








3 Response to "Tentang Sebuah Harga Diri (2)"

.
gravatar
Leader Street Says....

Info menarik....
harga diri memang sangat berguna bagi kelangsungan dan motivasi hidup, tp harus di sertai dengan intropeksi diri...

.
gravatar
Agus Siswoyo Says....

Harga diri tidak dapat dibeli. Dia hadir dengan sendirinya melalui perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Posting yang bagus mas...

Leave A Reply

Trimakasih atas komentar anda, baik berupa saran maupun kritik anda untuk kemajuan blog ini.